16 Juli 2009

Kijang Kencana dan Pak Lurah Gelam (02)


"Alhamdulillah. Nah, pada hari yang ketiga ini sebaiknya berbuka di gunung Pataonan itu." sambung sang guru. Arifin, semakin tak mengerti. tapi dia jalankan juga perintah kiainya itu.
Sehabis waktu ashar, Arifin berangkat ke gunung Pataonan. Makanan dan minuman juga sudah dipersiapkannya. Ia tidak lupa membawa parang sebagaimana biasanya kalau ia pergi ke gunung. Sambil menunggu waktu maghrib, Arifin berjalan-jalan di punggung gunung menikmati panorama Desa Gelam di senja hari. Lalu ia memilih tempat yang cukup nyaman untuk berbuka puasa. Tidak jauh dari situ, ia melihat pohon jeruk di dekat sebuah gua. jeruk itu sedang berbuah lebat sekali. Ia memetik sebuah jeruk tersebut.
ketika bedug maghrib berbunyi, Arifin berbuka puasa disana. Dan jeruk yang sebesar jeruk cina itu dikupas kemudian dimakan. Karena rasanya cukup gurih dan manis, maka ia mengambil lagi jeruk itu. Untuk mengambil jeruk itu, ia menancapkan sebatang kayu untuk pegangannya. Satu demi satu dipetiknya dan disimpan disarungnya. Ketika sudah dianggap cukup, maka turunlah Arifin dari lereng gunung dan pulang ke rumahnya.
Buah jeruk itu diletakkan di "Dhurung" atau balai yang ada di depan rumahnya. Jeruk itu kemudian dimakan oleh keluarga dan para tetangganya. Sedangkan Arifin pergi kerumah kiainya untuk melaporkan bahwa puasa tiga harinya telah selesai.
Arifin diterima sang guru setelah sholat maghrib. Sang guru bertanya apa yang telah dikerjakan Arifin sselama berpuasa dan semua yang dialaminya. Pemuda itu menjawab apa adanya dan apa yang diingatnya, sampai pada soal jeruk yang ditemukannya. Kiai meminta sebuah jeruk yang dimaksud. Arifin kembali kerumahnya untuk mengambilnya. Namun, jeruk itu telah habis, kecuali beberapa belah saja dan sudah dikuliti. Beberapa "lone" jeruk itulah yang diberikan kepada kiainya.
Begitu melihat irisan buah jeruk itu, kiai Mustafa langsung menyalami Arifin sembari menepuk-nepuk pundak pemuda itu. Beliau berkata "Engkau jangan menolak!". Saya telah datang dari rumah Nawari (sebagai carik) bahwa engkaulah yang harus menjadi kepala desa Gelam. Mulai saat ini kurangi bermain sepak bola, dan berprilakulah lebih dewasa, lanjut kiai mustafa. Arifin Z tidak menjawab. Dia masih minta waktu......

Komentar :

ada 0 komentar ke “Kijang Kencana dan Pak Lurah Gelam (02)”

Posting Komentar

 

© 2009 News And Tales From Bawean

Fresh Template by NdyTeeN | Powered by: Blogger