Sirajuddin, Runner up MTQ Kab. Gresik

Diposting Oleh: ABY - Tanggal 4 Juni 2009

Mohammad Sirajuddin (siraj) adalah putera dari bapak Hasan dan ibu Suriyati asal Sungai Teluk kecamatan Sangkapura. Siwa SDN Patar Selamat 3 ini berhasil menjadi juara 1 lomba MTQ tingkat kecamatan untuk yang ke-tiga kalinya sehingga secara otomatis menjadi wakil untuk mengikuti lomba tingkat kabupaten. ...

Cerita dari Pangkalan

Diposting Oleh: ABY - Tanggal 4 Juni 2009

Pengen tahu asal-usul nama Dusun Bangkalan?oke... Di pulau Bawean ada dua dusun yang bernama "Bangkalan". Di desa Dekat Agung dan di desa Sawahmulya Sangkapura. Yang akan diceritakan kali ini adalah "Bangkalan" yang kedua. Dulu, di sebelah timur Dusun Sawahlaut, Desa Sawahmulya, masih berupa semak belukar dan tak satupun rumah yang berdiri disana. Daerah itu masih merupakan kawasan dusun Sawahlaut. ...

Telaga Kastoba

Diposting Oleh: ABY - Tanggal 4 Juni 2009

Alkisah, pada zaman dahulu, Pulau Bawean masih bernama Pulau Majeti. Di tengah-tengah Pulau Majeti terdapat pohon besar dan anggun, tetapi rindang sehingga kalau seseorang berdiri di bawahnya akan dapat menjangkau sebagian daun pohon tersebut. Kala itu Pulau Majeti diperintah oleh Ratu jin yang berwibawa. Semua mahluk di daerah kekuasaanya tunduk kepadanya, baik mahluk halus maupun mahluk kasar. Ratu jin di Pulau Majeti sangat termashur dan dikenal oleh Ratu-Ratu jin yang lain di Nusantara, ...

Siapakah yang Nomer Satu?

Diposting Oleh: ABY - Tanggal 4 Juni 2009

Perlu diketahui oleh para generasi Bawean, bahwa menurut Ali mufrodli seorang yang meneliti "Sejarah Masuknya Islam di Pulau Bawean" penyiar Agama Islam yang pertama di Pulau Bawean adalah Pangeran Panembahan. Orang Komalasa menyebutnya Embah Pangeran atau Pangeran Cekot karena memang tangannya agak cekot. Namun ada juga yang menyebutnya pangeran Komalasa. ...

Kandasnya Kapal Haji (Bag 1)

Diposting Oleh: ABY - Tanggal 4 Juni 2009

Beberapa puluh tahun yang lalu,Kalau kita berjalan ke arah timur sekitar 150 meter dari Alun-alun Sangkapuara, kita akan menjumpai tumpukan batu yang beraturan serta memanjang yang berjajar dari selatan. Tepatnya di sebelah barat SMP Negeri 1 Sangkapura sampai ke utara di persawahan "Sabe Celleng" (sawah hitam). Bebatuan itu benar-benar menyerupai sebuah kapal jika dilihat dari udara. Bagian depannya berada di sebelah selatan sedangkan buritannya di sebelah utara. ...

29 Januari 2010

Tarif Listrik Bawean Naik


Semua elemen perwakilan masyarakat Pulau Bawean sepakat menyetujui kenaikan khusus tarif daftar listrik (TDL) di Bawean sebesar Rp 1.200 per kilowat per jam (kWh). Kesepakatan itu diambil dalam pertemuan segi tiga antara manajemen Area Pelayanan Jaringan (APJ) PLN Gresik, Pemkab Gresik dan perwakilan masyarakat Bawean di Gedung DPRD Gresik, Kamis (27/1).

Pertemuan yang difasilitasi DPRD Gresik itu bertujuan mencari kesepakatan penambahan daya listrik di Bawean yang selama ini belum menyentuh semua warganya. Namun untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pihak PLN meminta harga TDL Bawean disesuaikan, yakni sebesar Rp 1.200 per kWh.

"Harga itu sudah disepakati dengan beberapa persyaratan yang juga sudah disepakati oleh pihak PLN," tukas Ketua DPRD Gresik Zulfan Hasyim usai memimpin pertemuan.

Beberapa persyaratan lain yang disepakati itu anatara lain, pasang baru listrik di Bawean tanpa abonemen dan UJL (uang jaminan langganan) karena harus memakai sistem prabayar, biaya pemasangan baru sebesar Rp 300 per amper untuk daya 450-2.200 VA, selebihnya dipatok Rp 350 per amper.

Kesepakatan lain yang lebih penting adalah listrik di Bawean tidak lagi menyala secara bergiliran, tapi dengan penambahan daya itu wajib menyala selama 24 jam penuh. "Saat ini hanya 9.601 pelanggan yang menikmati listrik di Bawean, yang belum teraliri sekitar 9.300 KK," kata Ketua DPRD Gresik.

Hasil kesepakatan kemarin, lanjutnya, akan segera dikirim ke Bupati Gresik sebagai bahan pengajuan permohonan ke Menteri ESDM di Jakarta. "Sambil menunggu persetujuan itu, PLN Gresik akan segera memproses administrasi penambahan daya listrik di Bawean," pungkasnya.n dd

Sumber : Surabaya Pagi
Read More - Tarif Listrik Bawean Naik

28 Januari 2010

Dua Camat Terancam

GRESIK - Penyidikan dugaan korupsi ganti rugi tanaman untuk Lapangan Terbang (Lapter) Bawean di Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak, memasuki babak baru. Setelah menyelidiki kasus tersebut sejak awal 2009, polisi segera menetapkan tersangka.

Sumber di kepolisian menyebutkan, sedikitnya tiga orang segera ditetapkan sebagai tersangka. Dua di antaranya kini menjabat camat di Gresik. "Tapi, saya belum bisa menyebutkan indentitasnya," ujar seorang polisi.

Kabar bakal ditetapkannya tersangka kasus yang diduga merugikan uang APBD Gresik 2006 sebesar Rp 460,8 juta itu mencuat setelah Polres Gresik menerima informasi dari Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Jatim. Mereka menyatakan, hasil audit telah rampung dan penyidik Polres Gresik diminta mengambil.

Kasatreskrim Polres Gresik AKP Ernesto Saiser yang mewakili Kapolres Gresik AKBP Rinto Djatmono membenarkan bahwa hasil audit BPKP tentang kasus tersebut telah selesai. "Kami akan mengambilnya besok (hari ini, Red). Jadi, kami belum tahu berapa kerugian negara," kata lulusan Akpol 2000 itu kemarin (27/1).

Bila audit BPKP menemukan adanya kerugian negara, kata dia, para tersangka akan langsung ditetapkan. "Sekarang belum bisa saya pastikan. Sebab, hasil audit BPKP belum kami ambil," ujar mantan Kasatreskrim Polres KPPP Tanjung Perak, Surabaya, tersebut.

Seperti pernah diberitakan, penyelidikan kasus itu mulai dilakukan pada awal 2009. Polisi memeriksa ratusan saksi yang diklaim telah menerima ganti rugi tanaman untuk lapter perintis di Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak, tersebut.

Dalam pemeriksaan di Pulau Bawean, terungkap fakta bahwa yang benar-benar telah menerima ganti rugi hanya 101 di antara 243 penggarap lahan. Total ganti rugi yang mereka terima Rp 109,1 juta. Padahal, bukti surat perintah jalan (SPJ) yang dilaporkan ke Pemkab Gresik Rp 569.901.335 (termasuk transpor Rp 8,6 juta). Artinya, ada selisih Rp 460,8 juta yang tidak dipertanggungjawabkan. (yad/soe)

Sumber:jawapos
Read More - Dua Camat Terancam

27 Januari 2010

Larangan EB Terlambat


GRESIK - Kemelut belum adanya sertifikasi dari Badan Klasifikasi Indonesia (BKI) untuk KM Ekspres Bahari (EB) 8-B, memantik rasa penasaran kalangan dewan.

Legislatif justru mempertanyakan, kenapa baru sekarang Administrator Pelabuhan (Adpel) Gresik mengeluarkan kebijakan larangan. Padahal kapal tersebut sudah melayari Gresik–Bawean sejak 2006 lalu.

“Lalu sejak 2006 hingga sekarang siapa yang mengizinkan kapal itu berlayar jika dianggap tidak memenuhi sertifikasi BKI?” tanya Zulfan Hasyim, Ketua DPRD Gresik, saat dikonfirmasi, Kamis (21/1).

Zuflan juga menyayangkan, pelarangan itu muncul karena paska-kecelakaan yang menimpa KM EB 8-B, pada 8 Januari, meski tidak menimbulkan korban jiwa. “Coba kalau ada korban, siapa yang bertanggung jawab? Kalau sudah tahu kapal berbahan fiber dilarang berlayar di laut lepas, ya jangan diizinkan. Jangan karena ada kecelakaan, baru bersikap,” kritik putra asli Bawean ini.

Hal senada disampaikan Muhajir, anggota FKB DPRD Gresik yang juga tokoh warga Sangkapura, Bawean. Dia meminta Adpel tegas dalam menerapkan regulasi dalam kegiatan pelayaran.

“Saya mendukung pernyataan ketua dewan, regulator selalu bertindak setiap kali ada kejadian. Padahal aturan tersebut berhubungan dengan nyawa orang lain,” terang Sekretaris FKB DPRD Gresik ini.

Terkait larangan pelayaran KM EB, kedua legislator itu mendukung jika aturannya mengamanatkan demikian. Mereka meminta Adpel Gresik konsisten menerapkan aturan dan tidak setengah-setengah, ketika menemui pelanggaran. Hal ini agar pengguna jasa transportasi laut tidak merasa waswas dan khawatir terjadi kecelakaan laut.

“Kepada Pemkab Gresik, kami minta segera memikirkan pengganti KM Ekspres Bahari dengan spesifikasi sama yakni berkecepatan 30 knot, daya tempuh tiga jam, namun bahan bodi kapal terbuat dari besi atau aluminium,” kata Muhajir

Sebelumnya, Kepala Adpel Gresik, Capt Ali Ibrahim menyebutkan, larangan itu dikeluarkan setelah ada temuan jika kapal berbahan fiber harus mendapat sertifikasi dari BKI, jika ingin melayari rute laut. Selama ini, pihaknya berpedoman pada surat yang diterbitkan Ditjen Perhubungan Laut terkait operasional KM EB 8-B.nsan

Sumber: Surya
Read More - Larangan EB Terlambat

23 Juli 2009

Mengintip Pembangunan Lapter di Pulau Bawean.

Ini gambar pengerjaan lapter di pulau Bawean waktu aq liburan...mudah-mudahan gak ada kendala...Amien.

Tempat buat landasan lagi dikerjakan oleh pekerja.


landasan yang mengarah ke pantai.(mirip di Bali)


Akses jalan masuknya.


Pintu masuk menuju lapter.


Lapter dilihat dari pantai Labbuan.
Read More - Mengintip Pembangunan Lapter di Pulau Bawean.

16 Juli 2009

Kijang Kencana dan Pak Lurah Gelam (02)


"Alhamdulillah. Nah, pada hari yang ketiga ini sebaiknya berbuka di gunung Pataonan itu." sambung sang guru. Arifin, semakin tak mengerti. tapi dia jalankan juga perintah kiainya itu.
Sehabis waktu ashar, Arifin berangkat ke gunung Pataonan. Makanan dan minuman juga sudah dipersiapkannya. Ia tidak lupa membawa parang sebagaimana biasanya kalau ia pergi ke gunung. Sambil menunggu waktu maghrib, Arifin berjalan-jalan di punggung gunung menikmati panorama Desa Gelam di senja hari. Lalu ia memilih tempat yang cukup nyaman untuk berbuka puasa. Tidak jauh dari situ, ia melihat pohon jeruk di dekat sebuah gua. jeruk itu sedang berbuah lebat sekali. Ia memetik sebuah jeruk tersebut.
ketika bedug maghrib berbunyi, Arifin berbuka puasa disana. Dan jeruk yang sebesar jeruk cina itu dikupas kemudian dimakan. Karena rasanya cukup gurih dan manis, maka ia mengambil lagi jeruk itu. Untuk mengambil jeruk itu, ia menancapkan sebatang kayu untuk pegangannya. Satu demi satu dipetiknya dan disimpan disarungnya. Ketika sudah dianggap cukup, maka turunlah Arifin dari lereng gunung dan pulang ke rumahnya.
Buah jeruk itu diletakkan di "Dhurung" atau balai yang ada di depan rumahnya. Jeruk itu kemudian dimakan oleh keluarga dan para tetangganya. Sedangkan Arifin pergi kerumah kiainya untuk melaporkan bahwa puasa tiga harinya telah selesai.
Arifin diterima sang guru setelah sholat maghrib. Sang guru bertanya apa yang telah dikerjakan Arifin sselama berpuasa dan semua yang dialaminya. Pemuda itu menjawab apa adanya dan apa yang diingatnya, sampai pada soal jeruk yang ditemukannya. Kiai meminta sebuah jeruk yang dimaksud. Arifin kembali kerumahnya untuk mengambilnya. Namun, jeruk itu telah habis, kecuali beberapa belah saja dan sudah dikuliti. Beberapa "lone" jeruk itulah yang diberikan kepada kiainya.
Begitu melihat irisan buah jeruk itu, kiai Mustafa langsung menyalami Arifin sembari menepuk-nepuk pundak pemuda itu. Beliau berkata "Engkau jangan menolak!". Saya telah datang dari rumah Nawari (sebagai carik) bahwa engkaulah yang harus menjadi kepala desa Gelam. Mulai saat ini kurangi bermain sepak bola, dan berprilakulah lebih dewasa, lanjut kiai mustafa. Arifin Z tidak menjawab. Dia masih minta waktu......
Read More - Kijang Kencana dan Pak Lurah Gelam (02)

21 Juni 2009

kijang kencana dan pak lurah gelam (01)


Sampai terbit fajar "rusa sakti" yang diburunya belum juga hadir. Sehingga para pertapa yang selalu berpakaian bangsawan Jawa itu turun dari puncak menuju gua di lereng gunung sebagaimana diisyaratkan suara gaib. Mereka lalu melanjutkan tirakatnya di siang bolong di pintu gua. Karena di gua itulah barangkali Kijang Kencana berada.
Beberapa tahun sebelum itu di sekitar gua tersebut pernah terjadi suatu keajaiban yang dialami oleh Pak Arifin Z, kepala desa Gelam. Kejadian itu bermula dari cerita berikut ini.
>Sejak wafatnya Kepala Desa Gelam yang lama (Pak Safrawi) tahun 1954, masyarakat kesulitan untuk mencari penggantinya. Kiai Nawari (waktu itu menjabat sebagai carik) juga tidak bersedia untuk diangkat menjadi kepala desa. Sehingga tiga orang tokoh desa turun tangan dan bermusyawarah untuk memecahkan persoalan itu. Mereka adalah Kiai Mustafa, Kiai Yudi, dan Kiai Nawari. Namun ternyata beliau-beliau menemui jalan buntu. Hingga suatu saat Kiai Mustafa menempuh jalan lain.
Entah dengan pertimbangan apa, beliau lalu memanggil seorang pemuda desa yang gemar bermain sepak bola dan kebetulan memimpin kelompok sepak bola di Desa Gelam. Kepada sang pemuda, kiai Mustafa berkata "Arifin! Cobalah mulai besok, Engkau melaksanakan puasa sunat tiga hari berturut-turut!"
Semula Arifin heran. Namun dipikirannya hanya terlintas pernyataan setuju. Sehingga beberapa detik kemudian ia menjawab "InsyaAllah kiai." jawab Arifin tanpa menolak sepatah pun karena kiai tersebut memang amat berwibawa di desanya. Apalagi Arifin termasuk salah seorang santrinya.

Dengan membawa sejuta tanda tanya, pulanglah Arifin ke rumahnya. Namun, karena dia hormat pada kiainya, maka dengan ikhlas ia melaksanakan puasa sunat sesuai dengan harapan sang kiai. Dan pada hari yang terakhir, Arifin dipanggil kembali oleh kiai Mustafa.
"Bagaimana, Fin. Kau laksanakan puasa itu?"
"Ya kiai"
Read More - kijang kencana dan pak lurah gelam (01)

09 Juni 2009

Antara Surakarta dan Bawean


KIsah berikut ini dikutip dari cerita K.H.R. Abdurrachman, Sangkapura. Pada tahun 1720-1747 Pulau Bawean berada di bawah pemerintahan yang dipimpin oleh pangeran Purbonegoro, yaitu keturunan kelima dari Syeh Maulana Umar Mas'ud. Selain terkenal karena sangat bijaksana dalam memerintah rakyatnya, beliau juga terkenal akan kekhusukannya dalam menjalankan ibadah yang wajib maupun yang sunnah.

Konon pada waktu malam, karena kesibukan-kesibukan pekerjaannya pada siang hari, beliau baru bangun setelah masuk waktu subuh, sehingga shalat tahajjud yang selalu beliau kerjakan tidak dilaksanakannya. Agar hal yang demikian tidak terjadi lagi, maka beliau memerintahkan kepada penjaga masjid jami' Sangkapura supaya setiap pukul 12.00 malam atau tengah malam, beduk masjid dibunyikan. Bunyi beduk yang dipukul pada pukul 12.00 tengah malam itu disebut "Gendeng Debe". Namun, sejak masa penjajahan Jepang sampai sekarang "Gendeng Debe" itu sudah tidak terdengar lagi di kota Sangkapura.

Pada masa pemerintahan Purbonegoro, yang makamnya terletak di punggung Gunung Malokok, Pulau Bawean masih merupakan pemerintahan yang berdiri sendiri dan belum masuk di bawah pemerintahan penjajah. Beliaulah yang langsung berhubungan dengan kerajaan-kerajaan di Jawa dan Madura, termasuk dengan raja Surakarta.

Menurut cerita yang berkembang di Bawean dan menurut orang Surakarta, pada suatu waktu raja di Surakarta akan mengawinkan puteranya. Kemudian shahibul bait telah menyebarkan undangan di sekitar istana, juga mengundang beberapa pembesar di Jawa dan Madura termasuk pula Pangeran Purbonegoro dari Bawean.

Bila berangkat dari Bawean ke Solo atau Surakarta, Pangeran Purbonegoro menaiki sebuah "jukong" khusus. "Jhukong" tersebut buatan tukang yang khusus pula diminta oleh Pangeran Purbonegoro menyiapkannya. Tukang tersebut kemudian dikenal dengan nama "Jujuk Tukang" yang makamnya terdapat di Pulau Gili, sebuah pulau di sebelah timur Pulau Bawean. (Kini jhukong itu tinggal tengkoraknya yang disebut PACALANG).

Singkat cerita, ketika Pangeran Purbonegoro tiba di Surakarta, semua tamu undangan juga sudah sampai disana. Mereka kemudian ramai berbincang perihal hadiah masing-masing yang akan dipersembahkan kepada Raja Surakarta yang punya hajat pernikahan akbar itu. Berbagai macam hadiah telah dipertunjukkan. Yang dari Madura tidak kalah menariknya. Beliau membawa sebatang pohon pisang yang berbuah. Buahnya satu tandan dan masak semua. Ternyata buahnya dapat mencukupi untuk dimakan para undangan yang hadir.

Akan halnya Pangeran Purbonegoro, lain lagi ceritanya. Beliau kesana tidak membawa sesuatu pun untuk dipersembahkan kepada raja sebagai hadiah. Setelah undangan yang hadir bertanya kepada beliau tentang hadiah yang akan dipersembahkannya, beliau menjawab bahwa beliau tidak menyiapkan apa-apa. Atas jawaban itu, di kejauhan tampak sebagian undangan yang mencemooh beliau. Namun beliau dengan tenang menghadapi hal itu....>>>>>>>>>>>Mau tahu kehebatan beliau?tunggu lanjutannya besok!ok
Read More - Antara Surakarta dan Bawean
 

© 2009 News And Tales From Bawean

Fresh Template by NdyTeeN | Powered by: Blogger